Rabu, 20 Januari 2016

BAB I - III PENYAKIT ANTRAKS



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antraks adalah penyakit yang disebabkan Bacillus anthracis. Penyakit ini dapat menyerang hewan domestik maupun liar, terutama hewan herbivora, seperti sapi, domba, kambing, beberapa spesies unggas dan dapat menyerang manusia (zoonosis) (OIE, 2000 ; ToDAR, 2002). Antraks merupakan penyakit zoonosis penting dan strategis sehingga perlu ditangani dengan baik. Tingkat kematian karena antraks sangat tinggi terutama pada hewan herbivora, mengakibatkan kerugian ekonomi dan mengancam keselamatan manusia (WHO, 1998.
Untuk mewaspadai penyakit antraks di Indonesia, perlu dikembangkan cara pengendalian penyakit yang efektif yang perlu didukung dengan metode diagnosis cepat dan akurat sehingga penanganan kasus penyakit dapat dilaksanakan dengan segera. Metode diagnosis yang digunakan di BBalitvet adalah identifikasi agen, uji serologi dan Ascoli, sedangkan teknik lain yang lebih cepat dan akurat dan direkomendasikan oleh OIE/WHO (1998; 2000) antara lain : lysis gamma phage, immunochromatographic assay, Direct Flourescence Assay (DFA) dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Penyempurnaan metode diagnosis dirasakan sangat mendesak karena sampai saat ini cara diagnosis yang digunakan di Indonesia pada umumnya masih konvensional. Pencegahan penyakit sangat penting dilakukan di daerah endemik penyakit antraks, seperti Jawa Barat dan D.I. Yogyakarta . Program vaksinasi masih sering mengalami hambatan karena adanya efek samping dari vaksin spora hidup yang saat ini digunakan di Indonesia (HARDJOUTOMO et al., 1993). Pengembangan atau perbaikan dalam pembuatan vaksin antraks perlu dilakukan sehingga dapat diperoleh vaksin yang efektif tetapi aman digunakan dan tidak mempunyai efek samping yang sering dikeluhkan petemak di Indonesia. Investigasi merupakan salah satu langkah dalam cara pengendalian penyakit antraks, khususnya di daerah endemik untuk menekan kejadian penyakit itu berulang kembali. Untuk memprediksi kejadian penyakit, kita harus mengetahui sejarah dan daerahdaerah endemik antraks serta mengetahui kapan saja kasus antraks muncul. Tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan cara memonitoring tingkat kejadian dan tingkat cemaran spora di daerah tersebut (WHO et al.,1998).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran Epidemiologi Deskriptif penyakit Antraks
2. Untuk mengetahui skema penularan penyakit Antraks
3. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit Antraks
4. Untuk mengetahui strategi pengendalian penyakit Antraks


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Antraks
Antraks adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh Bacillus anthracis yang menyerang hewan dan manusia (zoonosis). Penyakit ini umumnya menyerang hewan domestik, seperti domba, kambing dan sapi, tetapi manusia juga dapat terinfeksi karena terpapar atau mengkonsumsi hewan yang terinfeksi . Program pengendalian antraks pada hewan dan manusia
meliputi pengembangan metode diagnostik untuk deteksi B. anthracis dan uji konfirmasi penyakit antraks, pencegahan penyakit dengan vaksinasi dan investigasi penyakit . Teknologi diagnosis antraks yang cepat dan lebih akurat harus dikembangkan untuk menggantikan metode konvensional yang sekarang masih digunakan di Indonesia. Penggunaan vaksin cukup efektif untuk pencegahan penyakit antraks . Vaksin antraks yang masih digunakan di Indonesia adalah suspensi spora B. anthracis galur Sterne 34F2, tidak berkapsul dan toksigenik. Penggunaan vaksin ini terkadang menimbulkan rasa sakit dan nekrosis di tempat suntikan, oedema subkutan dan kematian hewan pascavaksinasi . Beberapa vaksin telah dikembangkan, antara lain vaksin subunit, anthrax vaccine absorbed (AVA), yang mengandung komponen antigen protektif (PA) yang merupakan komponen utama toksin antraks yang bersifat imunogenik dan sering digunakan sebagai vaksin pada manusia . Di daerah endemik antraks, hampir setiap tahun masih terjadi letupan wabah penyakit ini.



Ø  Distribusi penyakit Antraks
Sumber infeksi yang utama adalah setiap bahan yang berasal dari hewan yang mati karena antraks. Penyebaran spora antraks dapat melalui berbagai macam cara baik secara biologic maupun mechanic, antara lain melalui hewan pemakan bangkai tercemar dan air mengalir yang tercemar. Antraks bisa ditularkan kepada manusia diakibatkan pengeksposan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular antraks. Selain itu, penularan juga dapat terjadi bilaseseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan.
Antraks dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Bakteri B.Anthracis termasuk bakteri gram positif berbentuk basil, dan dapat membentuk spora. Proses masuknya spora antraks dapat dengan tiga cara, yaitu:
1.  Inhaled antraks, dimana spora antraks terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan. Tipe pernapasan adalah yang paling berbahaya karena CFRnya mencapai 100%. Masa inkubasinya 1 – 5 hari.
2.    Cutaneous antraks, dimana spora antraks masuk melalui kulit yang terluka. Proses masuknya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous antraks (95% kasus). Bisa terjadi jika bakteri atau spora masuk ke dalam jaringan kulit yang luka, dan menyebabkan lepuh kemudian berubah menjadi bisul bernanah dan akhirnya menjadikoreng berwarna hitam. Antraks jenis ini biasanya terjadi pada tempat penjagalan hewan. Masa inkubasi 1 – 5 hari.
3.    Gastrointestinal antraks, dimana daging hewan yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik, sehingga masih mengandung bakteri atau  spora trtelan lewat mulut, biasanya terjadi karena makan daging terinfeksi yang tidak dimasak sampai matang sempurna. Masa inkubasi 2 – 5 hari.

B. Tinjauan Umum Faktor Risiko Antraks
1.Kontak dengan hewan yang mati karena antraks.
2.Mencuci atau mandi disungai atau danau yang terkontaminasi bakteri Bacillus Anthracis.
3.Tukang jagal.
4.Pekerja potong hewan, tukang daging yang terpajan saat memotong hewan.
5.Peternak, pemeliharaan hewan dan dorter hewan yang terpajan karena menangani ternak atau hewan, menyentuh hewan mati karena antraks.
6.Pekerja pabrik yang menangani produk-produk hewan yang terkontaminasi oleh spora antraks,  misalnya pupuk.
7. Orang yang bekerja di laboratorium.



BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran Epidemiologi Deskriptif Antraks
1. Berdasarkan Orang
a. Personal Hygiene
Widoyono (2008) menyebutkan bahwa bagian penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular adalah memutuskan mata rantai penularan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghentikan kontak dengan agent penyakit dengan penjamu. Faktor pencegahan penularan menitikberatkan pada penanggulangan risiko penyakit seperti lingkungan dan perilaku.
b.  Usia
Antraks diketahui dapat mejangkiti hampir segala umur karena kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsi daging sebagai kebutuhan pangan mereka. Selain itu juga dimana usia pekerja yang bekerja sebagai penjagal daging atau sebagai peternak hewan tersebut.
c. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama mengalami antraks, akan tetapi laki-laki yang memiliki risiko lebih besar karena laki-laki memiliki daerah kerja yang lebih besar terpapar oleh hewan yang terinfeksi dan lingkungan yang terkontaminasi.

2. Berdasarkan Waktu
-Musim kemarau, karena ternak harus mencari makanannya sendiri walaupun telah  tercemar.
-Curah hujan yang tinggi di mana rumput sedang tumbuh.

3. Berdasarkan Tempat
a. Lingkungan fisik seperti keberadaan peternakan yang ada di lingkungan sekitar rumah, keberadaan parit atau sungai yang berdekatan dengan peternakan kemungkinan besar dapat terkontaminasi.
b. Lingkungan biologic, sebagai hospes perantara (lalat).
c. Lingkungan sosial
-   Lama pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam penularan penyakit khususnya antraks . Pendidikan masyarakat yang rendah akan membawa ketidaksadaran terhadap berbagai risiko paparan penyakit yang ada di sekitarnya. Semakin tinggi pendidikan masyarakat, akan membawa dampak yang cukup signifikan dalam proses pemotongan jalur transmisi penyakit antraks.


B. Skema Penularan Antraks
http://ilmuveteriner.com/wp-content/uploads/2015/04/Penularan-anthrax.png
Anthrax tidak menyebar langsung dari salah satu hewan terinfeksi ke hewan lain tetapi dapat masuk ke dalam tubuh karena spora anthrax tertelan pada saat digembalakan atau merumput serta dapat juga melalui air ataupun alat-alat kandang yang mengandung spora anthrax. Selain itu, hewan juga dapat terinfeksi anthrax melalui pernafasan dengan menghirup spora anthrax saat merumput. Spora akan mengalami germinasi dan menghasilkan bentuk vegetatif di dalam tubuh hewan yang terinfeksi, kemudian memperbanyak diri serta dapat mengakibatkan kematian. Bentuk vegetatif dalam proporsi tertentu dikeluarkan pada saat hewan menjelang kematian atau hewan yang sudah mati (bangkai) dan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Spora kemudian menunggu untuk ditelan oleh hewan lainnya dan hal ini bisa berlangsung kapan saja, mulai dari waktu kurang satu jam sampai beberapa dekade kemudian. Spora yang ada di dalam tanah dapat naik ke permukaan karena pengolahan tanah dan selanjutnya spora tersebut berada di rumput yang kemudian termakan oleh hewan (ternak)
Menurut daerah penularannya, anthrax dibagi dalam dua bentuk diantaranya :
1. Anthrax daerah pertanian (agriculture anthrax) yaitu anthrax yang penularan dan kejadiannya berkisar di daerah-daerah pertanian saja. Anthrax di Indonesia pada umumnya termasuk anthrax daerah pertanian.
2. Anthrax daerah perindustrian (industrial anthrax) yaitu anthrax yang terjadi di daerah atau kawasan industri yang menggunakan bahan baku berasal dari hewan atau hasil hewan seperti bahan-bahan yang terbuat dari kulit (tas, ikat pinggang, topi, alat musik), tulang (perhiasan, industri makanan ternak), daging (dendeng, abon), darah (campuran makanan ternak), tanduk (perhiasan, kerajinan) dan lain-lain.

C. Gejala Antraks    
Gejala Penyakit Anthrax Pada Manusia :      
Gejala yang terjadi saat menderita penyakit anthrax tergantung kepada jenis penyakit anthrax yang dideritanya. 
1.Cutaneous anthrax. Gejalanya berupa benjolan yang awalnya kecil dan kemudian membesar. Benjolan ini bisa sangat gatal. Masa inkubasinya (masa yang dibutuhkan dari sejak masuk hingga menjadi penyakit) adalah sekitar 5 -7 hari. Lalu, benjolan menjadi terisi cairan dengan diameter 1-3 cm. Lama-kelamaan, benjolan berair ini akan membentuk luka seperti lecet dengan bagian pinggiran yang kemerah-merahan. Di hari ke-7 hingga ke-10 terjadi pembengkakan kelenjar getah bening; sakit kepala; dan demam.      
2. Inhalational anthrax. Gejalanya pertama muncul di hri ke-1 sampai hari ke-7. Akan tetapi menghilang setelah 60 hari. Gejala yang terjadi pada inhalational anthrax biasa adalah berupa flu, sakit tenggorokan, demam, dan sakit otot. Adapun untuk inhalational anthrax yang tidak biasa (membahayakan), gejala bisa ditambah dengan sesak napas dan demam tinggi. Kematian bisa terjadi dalam 24-36 jam setelah gejala berkembang.  
3. Gastrointestinal anthrax. Gejala terjadi di hari ke-1 sampai ke-6 yang berupa kerusakan/borok lambung; borok lidah dan tonsil; sakit tenggorokan; hilang selera makan; muntah-muntah; dan demam. Gejala ini bisa ditambah dengan sakit bagian perut; muntah darah; dan berak darah. Dalam 2 hingga 4 hari; cairan akan mengisi rongga perut. Kematian akan terjadi di hari ke-2 sampai hari ke-5. 
4. Oropharyngeal anthrax. Gejala yang terjadi berupa demam; pembengkakan kelenjar getah bening di leher; sakit tenggorokan yang berat; susah menelan; serta sakit lambung dan lidah

Gejala Penyakit Anthrak Pada Hewan :        
1. Perakut (sangat cepat) terjadi sangat mendadak dan segera mengikuti kematian, sesak napas, gemetar, kemudian hewan rebah kadang terdapat gejala kejang. Pada sapi kambing dan domba mungkin terjadi kematian yang mendadak tanpa menimbulkan gejala penyakit terlebih dahulu.
2. Bersifat akut (cepat) pada sapi, kambing, domba dan kuda : demam (suhu tubuh mencapai 41,50C), gelisa, sesak napas, kejang, dan diikuti kematian, kadang sesaat sebelum kematian kelaur darah kehitaman yang tidak membeku dari lubang kumlo (lubang hidung, mulut, telinga, anus dan alat kelamin). Pada kuda dapat terjadi nyeri perut (kolik) diare berdarah, bengkak daerah leher dada, perut bagian bawah dan alat kelamin bagian luar.


D. Pencegahan Antraks
1. VAKSINASI
Pencegahan dan pengendalian antraks di daerahendemik dilakukan dengan cara vaksinasi. Vaksin antraks yang digunakan di Indonesia sampai saat ini adalah vaksin aktif. Daya proteksi vaksin antraks pada ternak ditentukan oleh respon imun terhadap protective antigen (PA), sedangkan 2 komponen toksin lainnya yaitu LF dan EF hanya berperan kecil dalam memberikan proteksi. Antigen lainnya (kapsul dan dinding sel) belum diidentifikasi berperan dalam proteksi (WHO, 1998). Vaksin antraks masa mendatang harus dapat menstimulasi imun respon seluler dan imun respon humoral (WHO, 1998). Vaksinasi pada ternak di Indonesia pada umumnya masih menggunakan vaksin spora hidup atau live spora vaccine, yang mengandung B. anthracis galur 34F2, bersifat toksigenik, dan tidak berkapsul. Vaksin ini mengandung kira-kira 10 juta spora per mili liter yang disuspensikan dalam larutan 50% gliserin- NaCI fisiologis mengandung 0,5% saponin .
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan atau pengujian spesimen di laboratorium adalah untuk meneguhkan diagnosa yang dibuat berdasarkan gejala klinis. Pengujian yang dilakukan pada dasarnya merupakan deteksi agen penyakit dan deteksi antibodi.Pengiriman spesimen dari suatu tempat ke laboratorium pemeriksaan juga perlu diperhatikan karena dapat mempunyai resiko penyebaran agen penyakit.


E. Strategi Pengendalian Antraks
INVESTIGASI
Investigasi merupakan salah satu langkah dalam cara pengendalian antraks, khususnya di daerah
endemik untuk menekan kejadian penyakit itu berulang kembali. Untuk memprediksi kejadian penyakit, harus diketahui sejarah dan daerah-daerah endemik antraks serta diketahui kapan saja kasus antraks pernah muncul. Tindakan yang perlu dilakukan dalam investigasi adalah melakukan monitoring tingkat kekebalan ternak hasil vaksinasi, tingkat kejadian dan tingkat cemaran spora pada tanah dan pakan di daerah tersebut (OIE, 2000) . Kejadian antraks seringkali dipengaruhi musim, iklim, suhu dan curah hujan yang tinggi (WHO, 1998). Kasus antraks seringkali muncul pada awal musim hujan di mana rumput sedang tumbuh, hal ini yang menyebabkan terjadinya kontak dengan spora yang ada di tanah . Belum pernah ada laporan bahwa antraks dapat menular dari hewan ke hewan atau dari manusia ke manusia (WHO, 1998). Spora akan terbentuk jika terekspos oksigen (02), spora ini relatif tahan terhadap panas, dingin, pH. Penyakit ini tetap enzootic di hampir semua negara Afrika dan Asia, beberapa negara di Eropa (Inggris, Jerman dan Italia), beberapa negara bagian Amerika Serikat (South Dakota, Nebraska, Louisiana, Arkansas, Texas, Misissipi dan California) dan beberapa daerah di Australia (Victoria dan New South Wales) (WHO, 1998 ; TODAR, 2002). Sampai saat ini, masih banyak daerah endemik antraks di Indonesia seperti di Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, D .I. Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, NTT, NTB dan Papua. Di Jawa Barat (Kabupaten Bogor), Nusa Tenggara Barat (Bima dan Sumbawa Besar) dan Nusa Tenggara Timur hampir setiap tahun dilaporkan adanya
kejadian antraks (SIREGAR, 2002; DEPARTEMEN KESEHATAN, 2003) . Pada akhir tahun 2004 antraks kembali menyerang kambing di daerah Citaringgul Babakan Madang Kabupaten Bogor dan menyebabkan 6 orang meninggal dunia (laporan kasus) .



F. Cara Pengobatan Antraks
Pemberian antibiotik intravena direkomendasikan pada kasus antraks inhalasi, gastrointestinal dan meningitis. Pemberian antibiotik topikal tidak dianjurkan pada antraks kulit. Antraks kulit dengan gejala sistemik, edema luas, atau lesi di kepala dan leher juga membutuhkan antibiotic intravena. Walaupun sudah ditangani secara dini dan adekuat, prognosis antraks inhalasi, gastrointestinal, dan meningeal tetap buruk. B. anthracis alami resisten terhadap antibiotik yang sering dipergunakan pada penanganan sepsis seperti sefalosporin dengan spektrum yang diperluas tetapi hampir sebagian besar kuman sensitif terhadap penisilin, doksisiklin, siprofloksasin, kloramfenikol, vankomisin, sefazolin, klindamisin, rifampisin, imipenem, aminoglikosida, sefazolin, tetrasiklin, linezolid, dan makrolid. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin maka kloramfenikol, eritromisin, tetrasikilin, atau siprofloksasin dapat diberikan. Pada antraks kulit dan intestinal yang bukan karena bioterorisme, maka pemberian antibiotik harus tetap dilanjutkan hingga paling tidak 14 hari setelah gejala reda.
Oleh karena antraks inhalasi secara cepat dapat memburuk, maka pemberiaan antibiotik sedini mungkin sangat perlu. Keterlambatan pemberian antibiotik sangat mengurangi angka kemungkinan hidup. Oleh karena pemeriksaan mikrobiologis yang cepat masih sulit dilakukan maka setiap orang yang memiliki risiko tinggi terkena antraks harus segera diberikan antibiotik sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Sampai saat ini belum ada studi klinis terkontrol mengenai pengobatan antraks inhalasi. Untuk kasus antraks inhalasi Food and Drug Administration (FDA) menganjurkan penisilin, doksisiklin, dan siprofloksasin sebagai antibiotik pilihan. Untuk hewan tersangka sakit dapat dipilih salah satu dari perlakuan sebagai berikut :
1. Penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan (hewan besar 20-30 ml, hewan kecil 10-1ml)
2. Penyuntikan antibiotika.    
3. Penyuntikan kemoterapetika.         
4. Penyuntikan antiserum dan antibiotika atau antiserum dan kemoterapetika.        
Cara penyuntikan antiserum homolog ialah IV atau SC, sedangkan untuk antiserum heterolog SC. Dua minggu kemudian bila tidak timbul penyakit, disusul dengan vaksinasi.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Antraks adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh Bacillus anthracis yang menyerang hewan dan manusia (zoonosis). Penyakit ini umumnya menyerang hewan domestik, seperti domba, kambing dan sapi, tetapi manusia juga dapat terinfeksi karena terpapar atau mengkonsumsi hewan yang terinfeksi.

2. Penggunaan vaksin cukup efektif untuk pencegahan penyakit antraks . Vaksin antraks yang masih digunakan di Indonesia adalah suspensi spora B. anthracis galur Sterne 34F2, tidak berkapsul dan toksigenik.

3. Antraks dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Bakteri B.Anthracis termasuk bakteri gram positif berbentuk basil, dan dapat membentuk spora.

4. Proses masuknya spora antraks dapat dengan tiga cara, yaitu:
1.  Inhaled antraks, dimana spora antraks terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan. Tipe pernapasan adalah yang paling berbahaya karena CFRnya mencapai 100%. Masa inkubasinya 1 – 5 hari.
2.    Cutaneous antraks, dimana spora antraks masuk melalui kulit yang terluka. Proses masuknya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous antraks (95% kasus). Bisa terjadi jika bakteri atau spora masuk ke dalam jaringan kulit yang luka, dan menyebabkan lepuh kemudian berubah menjadi bisul bernanah dan akhirnya menjadikoreng berwarna hitam. Antraks jenis ini biasanya terjadi pada tempat penjagalan hewan. Masa inkubasi 1 – 5 hari.
3.    Gastrointestinal antraks, dimana daging hewan yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik, sehingga masih mengandung bakteri atau  spora trtelan lewat mulut, biasanya terjadi karena makan daging terinfeksi yang tidak dimasak sampai matang sempurna. Masa inkubasi 2 – 5 hari.

5. Pencegahan antraks dapat dilakukan dengan Vaksinasi dan pemeriksaan Laboratorium.

6. Pengendalian antraks dapat dilakukan dengan investigasi.

7. Pengobatan antraks dapat dilakukan dengan :
- Penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan (hewan besar 20-30 ml, hewan kecil 10-1ml)
- Penyuntikan antibiotika.      
- Penyuntikan kemoterapetika.          
- Penyuntikan antiserum dan antibiotika atau antiserum dan kemoterapetika.          


B. Saran
1. Menjaga kebersihan sanitasi lingkungan pada daerah peternakan.
2. Tidak mengkonsumsi daging yang dibeli di tempat-tempat illegal dan tidak dimasak  secara baik.
3. Memberikan vaksin yang rutin pada daerah endemik antraks dan hewan ternak.




Kamis, 29 Januari 2015

Pertama

Sakit siih kalo kitanya sayang, dianya enggak.
Dianya sayang, kita enggak.
Pas sama-sama udah sayang, eh beda agama.
Rumit yah.. Jodoh dunia saya pasrah sama kehendak Allah, mudah-mudahan jodoh akhirat saya sesuai harapan saya.
Dan untuk kisah saya yg ini, ya Allah.. Ancur banget-____-

Selasa, 20 Januari 2015

Happy itu

Happy itu kalo nonton Upin Ipin.
Berasa masih punya nenek, kangen..

Sabtu, 20 Desember 2014

Mineral (Mikro Makro)



A.    Mineral (Mikro dan Makro)
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100mg per hari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100mg per hari. Jumlah Mineral Makro dalam tubuh kurang dari 15mg. Hingga ini dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap esensial. Jumlah itu setiap waktu bisa bertambah.

ü  Ketersediaan Biologik Mineral
Biologik adalah tingkatan zat gizi yang dimakan dapat diabsorpsi oleh tubuh. Sebagian zat gizi mungkin tidak mudah dilepaskan saat makanan dicerna atau tidak mudah dilepaskaan saat makanan dicerna atau tidak diabsorpsi dengan baik. Faktor- factor yang mempengaruhi ketersediaan biologic mineral :
a.         Interaksi mineral dengan  mineral.
Mineral yang mempunyai berat molekul dan jumlah valensi yang sama bersaing satu sama lain untuk diabsorpsi, dengan demikian dengan ketersediaan  biologiknya. Contohnya magnesium, kalsium, besi dan tembaga yang mempunyai valensi +2. Kalsium yang dimakan terlalu banyak akan menghambat absorpsi besi. Demikian sebaliknya.
b.      Interaksi vitamin dengan mineral.
Vitamin C meningkatkan absorpsi besi bila dimakan pada waktu bersamaan. Vitamin D kalsieterol meningkatkan absorpsi kalsium. Banyak vitamin membutuhkan yang membutuhkan mineral untuk metabolism.
c.       Interaksi serat dengan mineral.
Makanan tinggi serat (lebih dari 35 gram per hari) menghambat absorpsi kalsium, zat besi, seng dan magnesium.
d.      Sumber mineral.
Makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak daripada didalam makanan nabati.
e.       Keracunan karena mineral.
Kelebihan jumlah mineral dapat mengakibatkan keracunan (toksik). Sifat toksik ini ini perlu mendapat perhatian dalam penggunaan suplemen mineral.

1.      Mineral Makro
Yang termasuk mineral makro antara lain; Natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium dan sulfur.

a.       Natrium (Na)
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular. 35-40% natrium ada didalam kerangka tubuh. Sumber natrium adalah garam dapur atau NaCl, garam dapur didalam makanan berperan sebagai pengawet. Dalam keadaan normal, natrium yang dikeluarkan melalui urin sejajar dengan jumlah natrium yang dikonsumsi. Jumlah natrium dalam urin tinggi bila dikonsumsi tinggi dan rendah bila dikonsumsi rendah.Fungsi natrium adalah menjaga keseimbangan asam basa didalam tubuh dengan mengimbangi zat-zat yang membentuk asam. Sumber natrium adalah garam dapur, mono sodium glutamate, kecap dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam.
-       Akibat kekurangan Natrium    :
Kejang, apatis dan kehilangan napsu makan.
-       Akibat kelebihan Natrium        :
Keracunan dan hipertensi.
b.      Klor (Cl)
Klor merupakan anion utama cairan ekstraselular. Klor berfungsi dalam memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit. Klor terdapat bersamaan dengan Na didalam garam dapur. Sebagian besar klor diperoleh dari makanan olahan yang diberi garam dapur.
-       Akibat kekurangan Klor    :
Muntah-muntah dan diare kronis.
-       Akibat kelebihan Klor          :
Hipertensi, edema dan keracunan.
c.       Kalium (K)
Kalium merupakan ion bermuatan positif, tetapi berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat didalam sel. Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Sebanyak 80-90% kalium yang dimakan diekskresi melalui urun, selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringat dan cairan lambung. Kalium memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa. Kalium terdapat pada semua makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan.
-       Akibat kekurangan kalium    :
Muntah-muntah dan diare kronis.
-       Akibat kelebihan kalium        :
Hiperkalemia
d.      Kalsium (Ca)
Kalsium merupakan mineral yang banyak terdapat didalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa tau kurang lebih sebanyak 1kg. Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Kehilangan kalsium juga terjadi melalui sekresi cairan yang masuk ke dalm saluran cerna, dan melalui keringat. Kalsium mempunyai fungsi sebagai pembentukan tulang dan gigi. Sumber kalsium adalah susu, keju, ikan, serealia dan kacang-kacangan.
-       Akibat kekurangan kalsium    : 
Osteoporosis dan osteomalasia.
-       Akibat kelebihan kalsium        :
Sembelit, batu ginjal dan kanker prostat.

e.       Fosfor (P)
Fosfor merupakan minerl kedua terbanyak didalam tubuh, yaitu 1% dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor didalam tubuh terdapat sebagai garam kalsium fosfat, yaitu bagian dari Kristal hidroksiapatit didalam tulang dan gigi yang tidak dapat larut. Melalui proses fosforalis mengaktifkan berbagai enzim dan vitamin B dalam pengalihan energy pada metabolism karbohidrat, lemak dan protein. Sumber fosfor adalah daging, ayam, telur, susu dan serealia.
-       Akibat kekurangan Fosfor    :
Kerusakan Tulang.
-       Akibat kelebihan Fosfor        :
Kejang.
f.       Magnesium (Mg)
Magnesium memegang peranan penting dalam lebih dari 300 jenis sistem enzim di dalam tubuh. Magnesium mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium dan didalam email gigi. Sumber magnesium adalah sayuran hijau, coklat, daging, susu, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan.
-       Akibat kekurangan Magnesium   :
Penurunan fungsi ginjal, diare, dan gagal jantung.
-       Akibat kelebihan Magnesium       :
Gagal ginjal.
g.      Sulfur (S)
Sulfur merupakan bagian dari zat-zat gizi esensial, seperti vitamin tiamin dan biotin, sertaasam amino metionin dan sistein. Sulfur sebagian besar dieksresi melalui urin sebagai ion bebas SO4= , sulfur juga merupakan salah satu elektrolit intraselular yang terdapat didalam konsentrasi rendah. Sumber sulfur adalah makanan yang mengandung protein.
-       Akibat kekurangan sulfur    :
-
-       Akibat kelebihan sulfur        :
Menghambat pertumbuhan.


2.      Mineral Mikro
Yang termasuk mineral mikro adalah besi, seng, iodium, selenium, mangan, flour, krom, tembaga dan molibden.
a.       Besi (Fe)
Besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh; sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron didalam sel. Absorpsi terutama terjadi dibagian duodenum dengan bantuan alat angkut protein. Sumber besi adalah daging, ayam dan ikan. Sumber lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah.
-       Akibat kekurangan besi    :
Mengganggu metabolism energy dan anemia gizi besi.
-       Akibat kelebihan besi    :
Diare, denyut jantung meningkat dan pingsan.
b.      Seng (Zn)
Seng berperan dalam fungsi kekebalan, yaitu fungsi sel T dan dalam pembentukan antibody oleh sel B. Seng dikeluarkan tubuh melalui feses. Disamping itu seng dikeluarkan melalui urin, jaringan tubuh yang dibuang seperti jaringan kulit, sel dinding usus, cairan haid dan mani. Sumber seng adalah daging, hati, kerang, dan telur.
-       Akibat kekurangan seng  :
Gangguan nafsu makan dan memperlambat penyembuhan luka.
-       Akibat kelebihan seng    :
Degenerasi otot jantung dan anemia.
c.       Iodium (I)
Didalam darah yodium terdapat dalam bentuk iodium bebas atau terikat dengan protein. Konsentrasi hormone tiroid didalam darah diatur oleh hipotalamus melalui pengontrolan pengeluaran hormone TSH yang dikeluarkan kelenjar pituitary. Kelebihan hormone terutama dikeluarkan melalui urin, feses yang  berasal dari cairan empedu. Iodium berperan dalam sintesis kolestrol darah. Sumber iodium adalah ikan, udang dan ganggang laut.
-       Akibat kekurangan iodium    :
Kretin dan gondok.
-       Akibat kelebihan iodium        :
Pembesaran kelenjar tiroid.
d.      Tembaga (Cn)
Tembaga penting untuk sintesis hemoglobin dan pekerjaan enzim. Sumber tembaga dalaha tiram, hati, daging, ikan, tepung gandung, unggas, coklat dan kacang-kacangan.
-       Akibat kekurangan tembaga  :
Mengganggu pertumbuhan metabolism.
-       Akibat kelebihan tembaga     :
Diare.
e.       Mangan (Mn)
Mengaktifkan beberapa enzim seperti fosfatase daerah dan tulang, arginase, karboksilase dan kolinestrase. Sumber mangan adalah tepung gandum, kacang-kacangan, daging, ikan ayam, buah-buahan dan sayur-sayuran.
-       Akibat kekurangan mangan    :
Kelainan kerangka dan gangguan kerangka otot.
-       Akibat kelebihan mangan        :
Kelainan otak, abnormal dan Parkinson.
f.       Krom (Cr)
Mineral esensial yang berperan dalam metabolism karbohidrat dan lipida. Sumber krom terbaik adalah makanan nabati.
-       Akibat kekurangan krom :
Kanker paru-paru.
-       Akibat kelebihan krom      :
-


g.      Selenium (Se)
Selenium berada dalam makanan dalam bentuk selenometionin dan selenosistein. Selenium berfungsi mengurangi produksi radikal bebas didalam tubuh, mempunyai potensi mencegah penyakit kanker dan penyakit degenerasi lainnya. Sumber selenium adalah makanan laut.
-       Akibat kekurangan selenium    :
Penyakit keshan dan penyakit jantung.
-       Akibat kelebihan selenium        :
Muntah-muntah, diare dan rambut rontok.
h.      Molibden (Mo)
Molibden bekerja sebagai kofaktor berbagai enzim , antara lain xantin oksidase, sulfat oksidase, dan aldehid oksidase yang mengkatalisis reaksi  reduksi-oksidasi seperti oksidasi aldehid purin dan pirimidin serta xantin dan sulfit. Sumber molibden adalah susu, hati dan kacang-kacangan.
-       Akibat kekurangan molibden   :
-
-       Akibat kelebihan molibden        :
-

i.        Flour (F)
Flor terdapat di dalam tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Flour berfungsi dalam mineralisasi tulang dan pengerasan email gigi.
-       Akibat kekurangan flour   :
Kerusakan gigi dan keropos tulang.
-       Akibat kelebihan flour       :
Keracunan.
j.        Kobal (Co)
Kobal merupakan komponen vitamin B12 . Vitamin ini dibutukan untuk mematangkan sel darah merah dan menormalkas semua fungsi sel. Sumber kobal adalah hewan pemamah biak.
-       Akibat kekurangan kobal   :
-
-       Akibat kelebihan kobal       :
-